C adalah siswiku di kelas sembilan saat itu, ia gadis yang manis , cerdas, ceria, dan memiliki banyak kemampuan yang perlu terus dikembangkan dan diarahkan. C lahir dari keluarga sederhana, mamahnya seorang ibu rumah tangga dan ayahnya seorang wiraswasta.
Pada tanggal 14 April 2001, ia lahir secara normal, anak
ke tiga dari tiga bersaudara. Pada awalnya tumbuh kembang C normal seperti
bayi pada umumnya, saat usia C enam bulan barulah mamah C menyadari
kelainan pada putrinya, saat musim hujan tiba dimana banyak suara petir menggelegar
dimana anak pada umumnya pasti akan terkejut bahkan menanggis jika mendengar
suara –suara yang keras dan mengejutkan, namun beda dengan C, ia tidak
pernah kaget dan takut mendengar suara petir ataupun suara-suara keras lainnya.
Dari situlah mamah C mulai curiga akan kondisi anaknya.
“ Ada apa dengan pendengaran anakku” gumamnya dalam hati.
Sore itu juga mamah C langsung membawa anaknya ke
dokter THT di rumah sakit Hermina Bekasi Barat, dari sana C dirujuk ke
RSCM. Dari hasil tes Berra, C di diagnosa mengalami gangguan syaraf
pendengaran sangat berat, kedua orang tua C sangat Shock menerima kenyataan
itu, sebab dari keluarga kedua orangtua C tidak ada yang mengalami gangguan
pendengaran ( tunrungu ).
Pada awalnya mamah C tidak dapat menerima kenyaataan
itu, hingga ia mengalami sakit selama satu bulan. Namun seiring berjalannya
waktu, dan dorongan serta dukungan dari sang suami yang selalu mengatakan
:
“ Nasi sudah menjadi bubur dan tidak mungkin bubur itu
kita jadikan nasi lagi, yang bisa kita lakukan adalah bagaimana caranya agar
bubur itu menjadi istimewa “ Kata-kata
itulah yang membuat mamah C dapat menerima keadaan. Mulai saat itu mamah C sering membawa C kerumah sakit dimana disana ia sering bertemu
dengan para orang tua yang memiliki anak yang sama dengan C bahkan ada yang
lebih parah.
Akhirnya mamah C menyadari bahwa ini adalah takdir
Allah SWT yang mungkin dibalik ini semua pasti
ada hikmah yang dapat dipetik. Akhirnya mama C pun dapat menerima semua kenyataan
dengan ikhlas.
Sejak usia sepuluh
bulan mamah C rajin membawa C ke dokter tumbuh kembang. Saat usia dua tahun, C mulai mengikuti terapi wicara di rumah sakit
umum Bekasi hingga usia lima tahun, dan saat itu juga C mulai masuk sekolah
taman kanak-kanak. C dimasukan kesekolah TK umum sesuai anjuran terafisnya.
C tumbuh menjadi anak yang percaya diri, sebab
mamahnya selalu membawa dan mengajaknya bersosialisasi di lingkungan sekolah
dan juga di rumah, misalnya dengan mengikutkan C dalam lomba-lomba acara
Agustusan dilingkungan rumahnya. C selalu berusaha untuk menjadi juara.
Dari situlah mamah C mengetahui bahwa C mempunyai jiwa bersaing yang
hebat. Dari kecil C terlihat lebih aktif dibanding kaka-kakaknya yang
normal, namun mamah C tetap bersikap
wajar dan tidak memperlakukan C lebih istimewa dari anak-anaknya yang lain.
Setelah lulus TK, C dimasukan ke SD negeri, dengan
maksud agar C tetap bisa bergaul dan bersosialisai dengan anak-anak pada
umumnya. Namun saat kelas tiga C mulai menyadari bahwa ia beda dari
teman-temannya, C mulai banyak bertanya dan protes tentang keadaan dirinya
kepada mamahnya, sebab selama ini ia bergaul dengan anak-anak umum, jadi ia
merasa beda sendiri, walaupun mamahnya telah berusaha memberikan pengertian,
bahwa banyak anak-anak yang sama sepertinya, namun C tidak percaya. C sempat tidak mau sekolah dan bermain dengan teman-temannya, namun berkat
pengertian dan kesabaran kedua orang tua akhirnya C bisa menyelesaikan
sekolah dasarnya hingga lulus dengan
nilai yang cukup, dan ternyata dikelasnya masih banyak anak yang nilainya
dibawah C.
Setelah lulus SD, mamah C mendapat informasi tentang
Sekolah Luar Biasa temapatku mengajar, namum sayang mamah C telat
mendaftarkan C ke sekolah ini, hingga C sempat tidak sekolah selama
satu tahun. Tahun berikutnya barulah C mendaftar ke sekolah tempatku
mengajar tepatnya pada tahun 2016.
Hari pertama C masuk di sekolah tempatku mengajar
yaitu SLB, wajahnya sangat ceria, tentu saja mamah C merasa bahagia melihat
perubahan dan semangat putrinya.
Satu minggu setelah C bersekolah di SLB, mamah C bertanya kepada anaknya.
“ C senang sekolah di SLB ? “
“ Ya mamah aku senang karena aku banyak teman yang sama
seperti aku” Jawab C.
Hari – hari C dipenuhi dengan semangat dan keceriaan. Setelah tiga bulan berlalu, C terpilih untuk mengikuti lomba hantaran dalam ajang FL2SN.
Kepiawaiannya merangkai berbagai jenis barang menjadi
sebuah bentuk hantaran yang indah dan cantik membuatnya menjadi juara pertama
tingkat provinsi Jawa Barat pada lomba FL2SN, yang mengantarkannya menjadi
juara ke dua ditingkat nasional pada
kegiatan lomba hantaran.
FL2SN ( Festival Lomba Literasi Nasional ) merupakan
ajang lomba dan festival bidang seni bagi siswa. FL2SN adalah sebagai upaya
memberikan ruang bagi kreatifitas dan potensi siswa di bidang seni dan sastra.
FL2SN merupakan aktivitas yang mampu mewadahi ekspresi siswa dan diharapkan
mampu mewadahi berbagai bentuk seni dan sastra serta mampu mengangkat potensi
yang dimiliki siswa sehingga dapat memberikan prestasi dan kebanggaan bagi
dunia pendidikan khususnya, dan bangsa Indonesia pada umumnya.
Selain pandai
membuat hantaran C juga pandai merajut, ia membuat sepatu rajutan yang
membawanya menjadi juara ke 2 pada kegiatan lomba kewirausahaan ditingkat
provinsi Jawa Barat.
Kemampuan C yang lain, ia juga pandai menari.C adalah siswa yang memiliki banyak kemampuan baik dalam hal akademik maupun di bidang keterampilan. Meskipun dengan keterbatasan mendengar, ia bisa mengukir prestasi dan memberi kebanggaan untuk kami para guru dan orang tua khususnya.
Semoga apa yang diraih oleh C, dapat terus dikembangkan sehingga menjadi bekal kemandiriannya dalam terjun dimasyarakat kelak. Dan tentunya apa yang diraih C adalah berkat peran dan dukungan orang tua C yang selau mendukung dan memotivasi anaknya dalam setiap kegiatan. Sebab peran serta dukungan orang tua sangat menentukan keberhasilan anaknya. Motivasi merupakan syarat mutlak dalam belajar, oleh sebab itu hendaknya orang tua senantiasa memotivasi anak agar terus giat belajar dan berprestasi. Agar banyak bermunculan C yang lain.
Seperti prinsip kedua orang tua C yang mengatakan “ nasi yang sudah menjadi buburpun bisa kita siasati dengan memberinya bumbu, ayam, kerupuk, bawang goreng dan lain-lain sehingga menjadikan bubur itu istimewa dan enak dinikmati, begitu juga dengan anak-anak berkebutuhan khusus ini. Bagaimana caranya agar kekurangan yang dimilikinya tidak menjadikannya down dan patah semangat, tapi sebaliknya, sebagai orang tua dan guru yang selalu mendampinginya harus bisa menggali kelebihan dan potensi yang ada padanya, dengan terus memohon dan mengharap pertolongan Allah SWT. Sebab Allah SWT pasti memberi kelebihan pada setiap hambanya untuk menutupi kekurangannya. Orang tua adalah guru pertama bagi anak, sebab orang tualah yang pertama mendidik dan menanamkan pendidikan dasar kepada anak-anaknya, seperti halnya kedua orang tua C yang dapat mengantarkan C meraih beberapa prestasi yang membanggakan.
#Day14NOVAISEIWritingChallenge
Tidak ada komentar:
Posting Komentar