Selasa, 20 Oktober 2020

Metode Pembelajaran Bahasa Bagi Anak Tunarung

 


Saat kuliah di PLB ( Pendidikan Luar Biasa ) dulu, ketika tiba saatnya Praktek mengajar, hal yang paling saya takutkan adalah mengajar bahasa untuk anak tunarungu.

Jujur saya bingung dan ga tau bagaimana caranya agar apa yang kita sampaikan bisa di pahami oleh siswa-siswi tunarungu.

Alhamdulillah saat ujian praktek mengajar, saya dapat mata pelajaran IPA, jadi saya lancar menyampaikan materi yang saat itu materi yang saya dapat tentang perubahan wujud benda, sebab dalam pelajaran IPA banyak benda-benda konkret yang bisa di jadikan alat dan media pembelajaran secara visual.

Nah kalo dalam pembelajaran bahasa, alat dan media yang dipakai tidak seberagam dalam pembelajaran IPA. Saat itu saya memang sangat minim ilmu dan pengalaman.

Sebagai contoh, jika kita akan mengajarkan tentang teks deskripsi, nah coba benda konkret apa yang bisa kita gunakan untuk membantu siswa dalam pembelajaran? Jujur saya bingung???

Namun seiring berjalannya waktu dan banyak masukan dari para senior, sedikit demi sedikit ilmu tentang metode pembelajaran bahasa bagi anak tunarungu mulai saya miliki dan praktekkan saat mengajar.

Diantaranya Menurut Smith (2009, hal. 283), terdapat tiga dasar pendekatan pengajaran alternatif bagi siswa tunarungu dan tunawicara, yaitu metode manual, metode oral dan metode komunikasi total.

1. Metode Manual

Metode manual terdiri dari dua komponen dasar, yaitu bahasa isyarat (sign language) dan abjad jari (finger spelling).

a. Bahasa Isyarat

Sistem Isyarat Bahasa Indonesia yang dibakukan merupakan salah satu media yang membantu komunikasi sesama tunarungu dan tunawicara ataupun komunikasi tunarungu dan tunawicara di dalam masyarakat yang lebih luas. Wujudnya adalah tatanan yang sistematis bagi seperangkat isyarat jari, tangan, dan berbagai gerak untuk melambangkan kosa kata bahasa Indonesia.

b. Abjad Jari

Secara harfiah, abjad jari merupakan usaha untuk menggambarkan alpabet secara manual dengan menggunakan satu tangan. Abjad jari adalah isyarat yang dibentuk dengan jari-jari tangan (tangan kanan atau tangan kiri) untuk mengeja huruf atau angka. Bentuk isyarat bagi huruf dan angka di dalam SIBI serupa dengan International Manual Alphabet. Abjad jari digunakan untuk mengisyaratkan nama diri, mengisyaratkan singkatan atau akromin, dan mengisyaratkan kata yang belum ada isyaratnya.

2. Metode Oral

Pendekatan oral menekankan pada pembimbingan ucapan dan pembacaan ucapan. Para pendidik kebutuhan khusus yang setuju dengan metode ini memandang bahwa ketergantungan pada bahasa isyarat dan abjad jari membuat anak tunarungu semakin kesulitan dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Metode oral membantu anak tunarungu untuk lebih memahami ucapan orang lain. Anak tunarungu akan dilatih untuk memperhatikan gerak bibir, posisi bibir, serta gigi agar dapat memahami apa yang sedang diucapkan. Anak tunarungu juga diajari cara membaca isyarat-isyarat seperti ekspresi wajah yang akan memudahkan mereka dalam berkomunikasi.

3. Metode Komunikasi Total

Metode komunikasi total ada penggabungan kedua metode sebelumnya. Komunikasi total memuat spektrum model bahasa yang lengkap, membedakan gerakan/ mimik tubuh anak, bahasa isyarat yang formal, belajar berbicara, membaca ucapan, abjad jari, serta belajar membaca dan menulis. Dengan komunikasi total, anak tunarungu dan tunawicara memiliki kesempatan untuk mengembangkan dirinya.

Dengan pendekatan pengajaran alternatif di atas, maka masalah yang dialami anak tunarungu dalam pemerolehan bahasanya dapat teratasi. Pendekatan di atas dapat disimpulkan bahwa solusi yang tepat untuk pemerolehan bahasa anak tunarungu yaitu :

a. Orang yang berkomunikasi dengan anak tunarungu sebaiknya menggunakan bahasa isyarat disertai gerak bibir.

b. Komunikasi gerak bibir disertai dengan suara, dilakukan secara perlahan dan tegas.

c. Komunikasi yang dilakukan langsung berhadapan dengan wajah anak tunarungu.


#Day11AISEIWritingChallenge

9 komentar:

  1. Terus semangat mendampingi aset bangsa insyaallah manfaat dunia akhirat

    BalasHapus
  2. Keren bu bisa berbahasa yg banyak dari kami tidak bisa melakukannya

    BalasHapus
  3. Warna blog nya soft banget. Tulisannya juga asik. Keren, bu.

    BalasHapus
  4. Acung jempol, mendpt pencerahan dari ibu.

    BalasHapus
  5. Bu Kartin,selalau lah berbagi tentang ABK khususnya tuna rungu. saya punya saudara tunarungu, meskipun jarang bertemu, waktu bertemu sedikit-sedikit bisa nyambung karena gerak bibir, tetapi pakai bahasa Indonesia.

    BalasHapus
  6. Mantap bu jadi pengrn belajar isyarat

    BalasHapus