Selasa, 14 Juli 2020

resume 6 juli

Berbagi Ilmu Dalam Menerbitkan Buku Bersama Bapa Edi S Mulyanta









Kelas menulis malam ini bersama nara sumber Edi S Mulyanta. Beliau memaparkan tentang dunia penerbitan. Dunia penerbitan saat ini, menghadapi sesuatu permasalahan yang hampir sama dengan yang kita hadapi saat ini, yaitu krisis akibat dari pandemi yang belum ada kepastian kapan berakhirnya.

Malam ini narasumber buka dapur semua yang berkaitan dengan penerbitan dari hulu hingga hilir, semoga dapat memberikan sedikit gambaran yang terjadi saat ini.

Beliau mengawali dengan, dunia penerbitan itu sendiri, dimana dunia penerbitan adalah dunia bisnis semata, yang tentunya diikuti dengan idealisme di dalamnya.
Dalam dunia bisnis, nomor satu yang dicari adalah keuntungan atau dapat dikatakan berujung pada Duit atau UUD (ujung-ujung nya Duit) dalam hal ini penjualan buku untuk bisnis penerbitan.

Outlet utama bisnis penerbitan buku adalah toko buku, yang menjadi soko guru dari bisnis ini, sehingga ketergantungan ini sudah menjadi suatu ekosistem yang khas.
Dengan adanya pandemi ini betul-betul meluluh lantakkan semua bisnis, walaupun tidak semuanya terdampak, akan tetapi dunia penerbitan menjadi salah satu terdampak yang cukup signifikan.

Pada bulan Januari 20-Februari 2020 omzet toko buku masih sangat normal, dan tidak ada tanda-tanda terjadinya pusaran badai yang tidak terduga. Namun setelah pak Jokowi mengumumkan masuknya Corona di Indonesia, benih badai besar ini benar-benar telah tersemai, dan membesar dengan deret multiplikasi yang luar biasa. Menjadikan semua lini kegiatan mendadak terhenti. Laju bisnis yang tadinya masuk di gigi lima, mendadak harus mengerem dan mengganti gigi ke gigi paling rendah yaitu satu. Dan terkadang harus memarkirkan bisnisnya sementara waktu, sambil melihat keadaan.

Dengan berlakunya PSBB di beberapa daerah, maka secara otomatis toko buku andalan penerbit yaitu Gramedia, memarkirkan bisnisnya di sisi pit stop, artinya terhenti sama sekali. Dari omzet normal dan terhenti di pit stop menjadikan omzet terjun bebas hanya berkisar 80-90% penurunannya.

Outlet yang tertutup, menjadikan beberapa penerbit ikut terimbas, sehingga mereposisi bisnisnya kembali. Hal ini berdampak secara langsung ke produksi buku, hingga ke sisi penulis buku yang telah memasukkan naskah ke penerbit menanti bersemi di Toko Buku.

Setelah tiga bulan parkir di Pitstop, tampaknya secercah harapan muncul di tengah badai yang tidak menentu, setelah beberapa daerah telah memetakan pandemi dengan baik, dan mencoba berani untuk bergerak.

Di bulan juni-juli, saat ini dapat dikatakan Gramedia sebagai outlet toko buku telah mulai membuka gerainya hingga mencapi angka di 80% di seluruh Indonesia, berakibat bergeraknya kembali semangat penerbit-penerbit untuk memulai New Normal.

Rebound yang terjadi ini menuntut penerbit untuk dengan cepat memutuskan apakah melaju kembali atau akan menunggu terlebih dahulu keadaan menjadi lebih pasti.
Melaju, tentunya butuh dana, sementara roda cash flow hampir terhenti 2 bulan hingga 3 bulan, sehingga gambling keadaan pun terjadi. Banyak penerbit yang telah kehabisan nafas, sehingga tetap memutuskan untuk memarkirkan bisnisnya sambil menunggu keadaan.

Sementara, penerbit jika tidak mengambil kesempatan untuk mengisi pasar, tentunya akan semakin terpuruk. Penerbit dapat memetakan buku-buku apa yang masih dapat dikembangkan saat keadaan chaos seperti ini.

Berdasarkan Pengalaman penerbit identifikasi tema buku menjadi sangat penting saat keadaan chaos seperti ini. Penerbit beruntung tema-tema yang upto date mengenai virus corona, telah mereka tebar ke penulis-penulis mereka sebelumnya, sehingga dengan cepat mereka  mendapatkan bahan-bahan buku-buku yang berkaitan dengan virus dengan cepat.

Kesiapan penulis, dalam menuliskan materi dalam sebuah buku menjadikan tantangan tersendiri, mengingat bahan-bahan sumber rujukan masih belum tersedia dengan mudah.
Para penerbit mempunyai database penulis yang cukup baik, sehingga dengan cepat mereka mengidentifikasi siapa penulis yang berkompeten di bidang ini, Dan dengan cepat mereka meramu materi, kemudian mereka launch, dan beruntung mendapatkan sambutan yang baik.

Keputusan-keputusan strategik diperlukan, mengingat ketidak pastian yang sangat besar untuk memproduksi buku. Penerbit memarkirkan mesin-mesin mereka hampir 50%, untuk mengurangi beban biaya produksi, otomatis tenaga kerja yang menggerakkannya mereka kurangi jam kerjanya walaupun tidak begitu drastis.

Buku-buku pendidikan, juga  tetap dipertahankan produksinya, karena mereka yakin buku ini tidak lekang oleh keadaan apapun, sehingga produksi buku mereka konsentrasikan ke buku pendidikan yang mempunyai pasar yang sangat stabil setiap tahunnya.

Banyak hikmah yang didapat kali ini, di sisi penulis, penulis harus selalu siap untuk mendapatkan peluang yang mungkin tidak diperkirakan sebelumnya. Penguasaan materi, penguasaan penguraian materi, eksekusi penulisan, hingga penawaran ke penerbitan diperlukan kelihaian tertentu.

Penulis yang siap menerima kesempatan ini, adalah penulis yang selalu berlatih untuk selalu mengeluarkan bahasa lisan ke dalam bahasa tulisan yang dapat dibaca oleh pembacanya. Tentunya dengan terstruktur baik, dan tidak ada distorsi makna yang sampai ke pembacanya.

Media WA yang dikelola oom Jay ini, merupakan latihan yang luar biasa bagus sekali, untuk menyiapkan keahlian kita dalam mengungkapan apa yang kita pikirkan, ke dalam tulisan yang dibaca, diinterpretasi oleh pembaca tulisan kita.

Semua perlu proses, latihan, dan kemauan. Sehingga komunitas belajar menulis seperti ini, merupakan sarana latihan dalam menangkap peluang yang mungkin tidak selalu ada. Menulis perlu latihan, latihan perlu waktu perulangan secara rekursif (looping) berkali-kalai sehingga kita semua akan semakin lihai dalam mengolah kata yang dirangkai dalam tulisan.

Bakat hanya 1%, sisanya adalah kerja keras, tekun dan berlatih menulis. Blog adalah jalur yang sangat bagus untuk kita mulai menulis, karena di dalam blog tidak ada penolakan kejam seperti penerbit menolak tulisan yang kita tawarkan.

Penerbit akan selalau melihat sisi ekonomi dalam setiap tulisan kita semua, sehingga kemurnian keputusannya di dasarkan oleh bisnis semata. Dampaknya terkadang tulisan para penulis yang luar biasa, tidak terlihat oleh penerbit yang hanya melihat business process nya saja, bukan writing processnya.

Dengan sudut pandang ini, kita perlu sedikit berempati kepada penerbit yang merupakan penjual komoditas tulisan ini. Empati yang harus dilakukan adalah, mencoba melihat visi misi penerbitannya. Kebiasaan tema-tema yang diterbitkan oleh penerbit. Intip juga buku-buku best sellernya yang biasanya dipampang di toko buku di rak Best Seller.

Para penerbit pernah melakukan perencanaan matang, untuk membuat buku yang best seller. Mereka memilih tema yang luar biasa bebobot, penulis yang cukup disegani karena menang penghargaan di dunia internasional. Mereka  push pemasaran dengan luar biasa. Akan tetapi hasilnya cukup mengecewakan.

Yang Perlu kita ketahui rahasia ini, bahwa tidak ada buku best seller by design. Atau dirancang, didesain untuk laku keras. Buku yang laku keras adalah buku yang blessing.

Laskar pelangi.. saat awal terbit, penulis tidak menyangkan akan meledak. Di awal pemasarannya, sungguh mengecewakan, namun kemudian  meledak karena kekuatan word of mouth, alias dari mulut-kemulut, dari komunitas satu ke komunitas lain, dan di trigger dengan sebuah peristiwa yang tidak disangka-sangka yaitu Muktamar Muhammadiyah, sehingga terjadilah ledakan viral, menjadikan buku tersebut best seller. Tidak ada desain awal, tidak ada perencanaan untuk menuju best seller.

Dengan berbagai pengalaman ini, komunitas senasib sepenanggungan adalah wahana yang baik dalam mengelola tulisan. Dapat dikatakan pejuang literasi yang puritan seperti Oom Jay dapat memberikan angin segar untuk tumbuhnya penulis-penulis baru. Yang tangguh dan tidak cengeng dengan penolakan penerbit, akan tetapi tetap berkarya hingga menghasilkan tulisan yang khas. Punya karakter sendiri dan tentunya di tunggu kehadirannya oleh pembaca dan penerbit tentunya.

Menurut Beliau juga, kita dapat mulai tulisan dengan tema yang kita sukai dan betul-betul kita kuasai. Tulis dengan terstruktur, dan muat di blog pribadi dan sebarkan di lingkungan teman.
Jika sudah Percaya Diri, buatlah proposal ke penerbit yang isinya garis besar tulisan yang dapat ditawarkan ke penerbit. Penerbit akan melihat Tema, Judul Utama, Outline tulisan, pesaing buku dengan tema yang sama, positioning buku (harga, usia pembaca, gender, pendidikan, dll). Jangan lupa berikan alasan mengapa buku tersebut ditulis. Kita dapat sedikit "Ngecap" supaya penerbit tertarik dengan tulisan kita.

Penerbit bukan maha tahu, tentang kita, penerbit di dasarkan pada data historis penjualan. Jadi penerbit itu tidak selalu benar. Penerbit biasanya agak sedikit kurang berani dengan penulis-penulis perintis dengan tema yang belum terekam di datanya. Sehingga proposal ini sangat perlu kita beri perhatian, untuk menyadarkan penerbit akan tema yang kita angkat dalam tulisan kita.

Tulislah rencana penulisan kita, dengan target market yang dituju, syukur-syukur kita tawarkan rancangan pemasarannya. Pemasaran era new normal sangat berbeda dengan era normal sebelumnya.
Ke depan buku-buku mungkin akan disalurkan ke media e-book, untuk media printing offline mungkin akan semakin berkurang jumlahnya.  Ke depan media-media selain buku akan semain banyak menghiasi dunia pendidikan. Persiapkan hal ini dengan baik, karena hal ini membutuhkan keahlian yang berbeda dengan sebelumnya.

Sebelum menutup materi dan dilanjutkan dengan tanya jawab, Pa Edi   mengajak para peserta untuk tetap mendokumentasikan pencarian keilmuan kita dengan dokumentasi yang terstruktur, pembaca akan dapat mewarisi ilmu kita dan bahkan mengembangkannya di kemudian hari. Ilmu kita akan menjadi Immortal tidak lekang oleh keadaan jaman, dan selalu dikenang menjadikan legacy ke anak cucu kita. Dokumentasi kita semua dalam bentuk buku akan dikirimkan ke Perpustakaan Nasional bagian deposit, yang dilindungi oleh undang-undang. Anak cucu kita di masa yang akan datang, akan dapat menelusuri jejak langkan dokumentasi kita dalam bentuk tulisan dan menuju keabadian.
Demikian materi yang disampaikan oleh Bapa Edi S Mulyanta malam ini.

Bekasi, Juli 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar