Selasa, 18 Agustus 2020

Mba Ona Dan Mas Ovid

Ku Ingin Mba Ona Dan Mas Ovid Musnah
Oleh: Kartini

Sudah hampir enam bulan berlalu, penyebaran virus Korona di negeri tercinta kita ini masih belum dapat dikatakan membaik, jumlah orang yang terpapar virus ganas ini dari hari ke hari terus bertambah, meskipun terkadang aku tutup telinga dengan semua berita yang beredar tentang penyebaran virus ini, bukan karena tak peduli, melainkan aku hanya tidak ingin terus dibayangi kekhawatiran dan kecemasan akan dampak dari berita yang selalu memprihatinkan dan mencemaskan ini.

Namun saat mendengar berita ada saudara dan teman yang terpapar virus ini, sontak rasa cemas, sedih dan khawatir kembali menggelayuti hati. Sedih mendengar kaka ipar yang harus berjuang melawan virus dirumah sakit sendiri, tanpa ada yang bisa menjenguk dan mendatanginya walau hanya sekedar menghiburnya, kami hanya bisa mensuportnya via seluler. Mendengar keluhannya yang bosan menjalani hari-harinya diruang isolasi, bosan setiap jam harus menerima suntikan untuk mencairkan darahnya, karena si virus bukan hanya menyerang paru-parunya, tapi juga darahnya, sehingga mengalami mengentalan. Si perawat yang setiap hari melayani pasiennya dengan pakaian APD yang lengkap, kini terkulai lemah ditempat ia bertugas. 

Belum usai kesedihan dan keprihatinan akan kondisi kaka ipar, berita duka lainnya datang dari teman yang setiap hari melalui hari- hari bersama, saat akan melahirkan, ia diwajibkan untuk Test PCR dan hasilnya dinyatakan positif, tak terbayangkan sedihnya hati ini, melihat bayi mungil yang tak berdosa harus terpisah dari ibunya, saat dimana ia masih sangat membutuhkan ASI pertamanya sebagai bekal kekebalan tubuhnya. Namun jangankan ASI sentuhanpun tak kuasa didapatnya.

Begitu teganya virus ini merajalela menebar kepedihan dan kesedihan bahkan terhadap bayi mungil tak berdosa.

Dengan semua kejadian itu, aku semakin menyadari betapa pentingnya menjaga kesehatan dan mematuhi protokol kesehatan, untuk itulah, yang awalnya aku enggan mengikuti rapid test yang diadakan disekolah, namun akhirnya aku semangat mengikutinya untuk mengetahui kondisi kesehatanku saat ini. Maka tanggal 14 Agustus 2020, lima hari yang lalu aku melakukan Rapid Test dilingkungan sekolah.

Rapid test adalah metode skrining awal untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona.
Dengan kata lain, bila antibodi ini terdeteksi di dalam tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau dimasuki oleh virus Corona. Namun perlu kita ketahui, pembentukan antibodi ini memerlukan waktu, bahkan bisa sampai beberapa minggu. Hal inilah yang bisa menyebabkan keakuratan dari rapid test cukup rendah.
Jadi, rapid test di sini hanyalah sebagai pemeriksaan skrining atau pemeriksaan penyaring, bukan pemeriksaan untuk mendiagnosa infeksi virus Corona atau COVID-19.
Tes yang dapat memastikan apakah seseorang positif terinfeksi virus Corona sejauh ini hanyalah pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR). Pemeriksaan ini bisa mendeteksi langsung keberadaan virus Corona, bukan melalui ada tidaknya antibodi terhadap virus ini.( https://www.alodokter.com)

Alhamdulilah hari ini hasil rapid testku bisa diambil, dan aku dinyatakan non reakrif.

Semoga Allah cepat mengangkat semua musibah ini dan mba Ona dan mas Ovid segera musnah dari muka bumi ini

Aamiin yarobbalalamiin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar